Selasa, 18 September 2012

Kestabilan Jiwa Dan kehidupan dengan TAQWA

Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Rasulullah Muhammad SAW. Alhamdulillah senantiasa kita bisikkan ke dalam hati kita, betapa Allah telah menunjuki kita dengan kesejukan Islam, kebahagiaan dalam ilmu, iman, amal sholih serta taqwa.

Dari perjalanan sejarah kapanpun dan dimanapun, dan kita jumpai dalam kisah-kisah besar, raja-raja dijaman dahulu, raja-raja yang bijak, senantiasa tidak akan membiarkan anak-anaknya untuk terus menerus tinggal dididik dalam istana yang penuh dengan kemegahan dan kegemerlapan. Namun raja-raja yang bijaksana senantiasa mengirimkan anak-anaknya kepada Guru-Guru yang dapat membawa anak-anaknya untuk memiliki ilmu dan kebijaksanaan.

Dalam cerita hikayat akhirnya ada istilah satriyo turun gunung, artinya bahwa anak seorang raja biasanya memiliki kecerdasan yang lebih, namun dengan diserahkan kepada seorang Guru yang bijak, selain memiliki kecerdasan yang lebih, disana tersimpan sesuatu yang lebih berharga dari kecerdasan itu sendiri, yaitu kearifan dan kebijaksanaan. Kearifan dan kebijaksanaan tidak akan bisa diajarkan dan didikkan dalam suasana hiruk pikuk dan hingar bingar, namun membutuhkan suasana keheningan dan khusu’, suasana yang religius, sikap merendahkan diri dan tunduk patuh kepada Allah Tuhan semesta Alam.

Setiap manusia membutuhkan kelestarian kesejahteraan lahir dan batin bagi dirinya masing-masing, namun dalam jaman yang serba gemerlap seperti sekarng ini, kadang orang awam sulit menemukan bagaimana cara membekali diri dan keluarganya untuk dapat selalu sejahtera lahir dan batin. Allah SWT menyampaikan firmannya yang artinya.
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl: 97)
………..Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. (QS. Ath-Thalaaq[65]: 2)
Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath-Thalaaq: 3)
……….Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS. Ath-Thalaaq: 4)


Ketaqwaan adalah sebuah jalan istimewa untuk membangun dan melestarikan kesejahteraan dan kebahagiaan jiwa. Dengan taqwa manusia akan memiliki jiwa optimis dan jalan-jalan kesuksesan yang teguh dan stabil. Orang yang memiliki ketaqwaan akan banyak sekali mendapatkan petunjuk-petunjuk Allah dalam menempuh hidupnya, sehingga hidupnya selalu dalam bimbingan Allah.

Mengandalkan keberhasilan materiil semata, tanpa didasari jiwa taqwa banyak memunculkan kesombongan disaat sukses datang kepadanya, atau pula rasa kepustus asaan disaat dalam kegagalan dan dalam kesulitan yang menghimpit. Sebagaimana firman Allah yang artinya
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Yuunus: 12)
Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia: dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. (QS. Al-Israa’: 83)
Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Dia memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang dia pernah berdo’a (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah:”Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka”.’ (QS. Az-Zumar: 8 )

Pribadi manusia yang tidak memiliki ilmu, iman dan taqwa, memiliki kepribadian yang amat rapuh. Bila sukses datang mereka menjadi lupa kepada Allah, namun bila penderitaan datang mereka menjadi sangat susah dan putus asa. Manusia yang berkepribadian rapuh yang demikian itulah yang hidup mereka di dunia hanya sekedar mencari kesenangan dan mengumbar kesenangan tanpa tujuan yang jelas.

Bagaimana pula bila masing-masing pribadi tidak lagi mengatahui kebutuhan haqiqi dari jiwa dan raganya. Bagaimana pula manusia hendak menelantarkan nikmat jiwa yang bersifat lebih kekal. Dan bagaimana pula akibat yang akan diderita oleh orang-orang yang enggan untuk menempuh sunatullah yang telah Allah tetapkan itu, dapat dipastikan manusia-manusia yang demikian akan merugi di dunia dan di akherat.

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (QS. Al-Hajj: 11)

Jalan-jalan ketaqwaan adalah jalan-jalan yang harus dilalui oleh orang-orang yang ingin hidup senantiasa dalam kebahagiaan, ketenteraman dan kesejahteraan. Manusia tidak boleh hanya berfokus memburu kenikmatan jasmaniyah saja, namun kenikmatan batiniyah adalah kebutuhan yang lebih mendasar. Jiwa manusia mempunyai sandaran yang amat kuat, yaitu Allah SWT, Tuhan pencipta, pemelihara semesta Alam.

Marilah kita biasakan diri kita dan keluarga kita dan siapapun yang mau kita ajak, untuk memulai aktifitas hidup dengan selalu mendahulukan Allah dari pada mendahulukan yang lain-lainnya. Sebelum berangkat ke pasar, sebelum berangkat bekerja, sebelum berangkat ke sekolah, sebelum berolahraga, sebelum pikiran dan hati sibuk dengan urusan dunia, sibukkanlah dahulu dengan membaca Al-Qur’an dan As-Sunnah, agar semua itu dapat menjadi warna kehidupan disaat-saat berikutnya.

Demikian pula awalilah malam hari dengan sibuk mengingat Allah, sehingga semalamanpun akan diwarnai dengan aktifitas yang dicintai oleh Allah. Kestabilan jiwa manusia, akan semakin terjaga bila semakin kuat dalam berpegang kepada tali Allah, dan menyandarkan seluruh hidupnya kepadaNya, Wallahu’alam.

http://www.mta-online.com/2009/10/23/kestabilan-jiwa-dan-kehidupan-dengan-taqwa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar