Rabu, 19 September 2012

Manajemen Stamina Iman


keimanan-mta

Rasulullah bersabda “Al imanu yazid wa yankus”. Iman itu naik dan turun. Layaknya keimanan manusia yang naik dan turun, pada semangat pun dapat terjadi hal tersebut.

Memang, semangat dan keimanan memiliki suatu hubungan yang dekat. Seseorang yang sedang turun keimanannya pasti akan turun pula semangatnya untuk beribadah, belajar, ataupun segala macam perbuatan yang baik dan bermanfaat. Begitu pula sebaliknya.

Merupakan hal yang sangat maklum ketika kita duduk di suatu majelis ilmu mendengarkan ceramah atau kajian dari sang ustadz kemudian hati kita menjadi “sangat” bersemangat. Setelah bangkit dari majelis kita akan ‘berencana’ menjalankan kebaikan disetiap detik kehidupan dan menjauhi atau menghancurkan segala bentuk kemaksiatan dan keburukan sebelum ajal menghadang. Tapi setelah beberapa menit setelah bangkit …(Selanjutnya terserah anda) yang pasti, hampir semua dari kita sering mendapati penurunan motivasi bahkan amal (ilmu yes, amal not yet)

Tapi jangan salah lho walaupun baru rencana, itu merupakan indikasi bahwa hati kita masih dalam kondisi ‘iman’, sebab salah satu ciri manusia beriman adalah jika disiram ilmu maka akan bertambah faham dan semakin yakin.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (QS.08 : 2)

Seorang pelari marathon mempunyai satu tujuan. Sampai di pita finish dan memenangi pertandingan. Pelari yang professional mempunyai teori dalam memanage staminanya, sangat mungkin pada kilometer pertama bukanlah yang terdepan tetapi menginjak step-step terakhir akan mengeluarkan semua kemampuan untuk berlari menjadi nomor satu dan mempertahankannya dari peserta lain.

Begitu juga bagi seorang mahasiswa. Dia sangat yakin bahwa belajar dengan SKS (Sistem Kebut Semalam) adalah sia-sia. Belajar dengan rutin, mendengarkan kuliah dengan serius dan berani bertanya sampai benar-benar faham merupakan modal yang sudah cukup dalam menghadapi soal-soal ujian (kecuali jika pengin lebih).

Trus apakah ilustrasi tersebut sama dengan pemeliharaan ‘Iman’ yang ada dalam diri kita? Yup! Betul hampir sama. Satu hal yang membedakan adalah adanya misteri datangnya kematian. Berbeda dengan pelari dan mahasiswa tadi, karena garis finish dan ujian merupakan hal yang pasti dan terukur.

Untuk memelihara atau menjaga stamina iman menuju kehidupan sesudah mati (syurga) kayaknya perlu bantuan sebuah rumus fisika.
rumus
Dimana :
W = adalah beban hidup
P = daya dorong
Fs = gaya gesek

Bola merupakan lambang kehidupan yang berjalan terus/menggelinding tapa henti sampai titik kematian (misteri) . Tidak dapat mundur tapi sangat mungkin untuk berbelok menjauhi jalan yang lurus.

Dalam menjaga stamina iman, ada beberapa kaidah yang harus difahami :

1. Semua manusia mempunyai potensi untuk “salah”. Maka Allah memberi penghargaan kepadanya dengan aturan “sebaik-baik orang yang berlaku salah adalah bertobat dan memperbaiki diri”. Dan sejelek-jelek manusia yang bersalah adalah … (tahu sendiri khan!). Silahkan baca QS. 25:70.

2. Semua manusia berpotensi untuk bosan dan jenuh (futur). Maka kenali ciri-ciri kondisi futur, macam penyebabnya dan cara-cara untuk memperbaikinya.

3. Hati manusia berkarakter ‘berubah-ubah’. So, bagaimana kita bisa mengkondisikan agar selalu lebih banyak berpihak dalam kebaikan. Salah satunya hadir di taman-taman ilmu dan memilih lingkungan yang sholeh. Jangan lupa! Selalu berdoa diberi ketetapan hati (minimal sesudah dzikir shalat)

Yup, sekarang mari kita bahas rumus diatas :)
Dari gambar terlihat jelas bahwa ’bola’ kehidupan kita akan didorong oleh Daya dorong (P). Logikanya semakin kuat daya dorong maka akan semakin kuat dalam keimanan (tidak berbelok ke arah yang salah) dalam mengarungi hidup sampai mati.

Kekuatan daya dorong keimanan yang ada dalam diri kita sangat tergantung dari ilmu dan amalan ibadah yang dimiliki dan yang sudah diamalkan. Perbanyaklah ilmu dan perbanyaklah ibadah (tidak hanya yang wajib saja) maka kekuatan dalam menjalani hidup sesuai perintah Allah & Rosul-Nya semakin kuat. Bukankah Iman akan naik dengan perbuatan ’baik’ dan turun karena berbuat ’maksiyat’?

W adalah Beban Hidup. Sering kali terjadi, seseorang yang terkenal alim (baca:sholeh) tapi dalam suatu waktu terbukti melakukan korupsi atau kecurangan. Hmm, mungkin inilah salah satu contoh bagaimana beban hidup (tuntutan kebutuhan duniawi) membuat laju keimanan menjadi berbelok.

Semua manusia mempunyai beban hidup dan tingkatnyapun berbeda-beda. Hanya Allah SWT yang tahu beban yang akan diberikan makhluk ciptaan-Nya, kita hanya bisa mengira-ngira dengan berpikir positif. Bukankah Allah SWT tidak akan memberikan ujian sesuai kemampuan hamba-Nya?
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya … (QS.02:286)

Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah : kadang-kadang kita menjadi terbebani suatu hal karena keinginan kita yang tidak terukur. Tahun ini harus punya mobil? Harus punya rumah? Harus punya begini atau seperti harus begono..padahal kita tidak cukup mampu dan belum merupakan hal primer atau bukan pendukung ibadah. So ketika ada tawaran untuk bermaksiyat atau tidak jujur, kita menjadi tergoda (terperosok) karena tidak sabar alias pengin jalan pintas saja.

Singkatnya, beban hidup akan selalu ada. Kita harus yakin bisa mengatasinya, agar jalan hidup kebaikan tetap lurus.

Fs adalah gaya gesek. Gesekan akan selalu terjadi dalam hidup baik dari internal (hawa nafsu keburukan) atau eksternal (lingkungan). Pertentangan antara mengamalkan kebaikan dan menuruti keinginan nafsu pribadi atau pengaruh lingkungan akan selalu ada. Kondisi yang mengkhawatirkan adalah ketika kondisi internal (hawa nafsu kejelekan) cocok dengan eksternal (lingkungan yang jahat).

Tips yang utama adalah giat melakukan ibadah, menjaga diri dari pandangan/kegiatan maksiyat, tetap mencari ilmu, mengkondisikan lingkungan/ keluarga untuk mendukung ibadah kita semua dan tetap berdoa kepada Allah SWT. Bagi yang tidak beruntung karena berada di lingkungan yang tidak jujur atau penuh maksiyat silahkan bersiap diri untuk berani peduli menegur, jangan asal ’pokoknyasaya tidak’. Bersiaplah berhijrah jika memang diperlukan sebelum Allah memberikan azab yang menimpa kepada semua.


Semoga kita bisa ikhlas dalam mencapai khusnul khatimah :) Amin.
(Gambar diambil dari Indonesian.cri.cn)
Sumber :  Catatan Kajianku 23-12-2007 (CisarantenKulon 151, Bandung)

http://www.mta-online.com/2009/04/01/manajemen-stamina-iman/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar