Tauhid (Keesaaan Tuhan) diterangkan dengan ringkas dalam ayat berikut ini :
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak
pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
(TQS.112:1-4)
Keesaan Allah adalah konsep sentral dalam aqidah Islam. Manusia yang
meyakini Allah tidak akan merasa takut atau bergantung kepada siapapun
selain Allah; dia adalah manusia yang percaya diri sekaligus rendah
hati.
Percaya diri karena dia yakin Allah-lah yang Maha Besar, dan selain
Dia hanyalah kecil belaka, sama seperti dirinya. Rendah hati karena
kalaupun dia memiliki harta, kuasa, kepandaian, kecantikan dan
ketampanan, akhlak mulia dan sebagainya dia sadar bahwa semua itu pada
hakekatnya merupakan anugrah Allah Semata.
Sebab, Allah-lah pemilik sejati segalanya, termasuk pemilik dirinya
sendiri. Jika Sang Maha Esa memberi, tiada yang sanggup menghalangi.
Jika Sang Maha Esa menghalanagi, tiada yang sanggup memberi.
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,
maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang
ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya
sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(TQS.35:2)
Manusia yang bertauhid, tidak terlalu berpengaruh dengan
perubahan-perubahan duniawi yang sifatnya fana, relatif dan sementara
ini. Sebab, dia hanya bergantung kepada Yang Maha Mutlak. Dia yakin
bahwa semuanya bergantung kepada Yang Maha Esa dan akhirnya kembali
kepada-Nya
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (TQS.2:156)
Jika terkena musibah, ia menerimanya dengan sabar tanpa larut dalam
kesedihan. Jika mendapat anugrah, dia menikmatinya dengan penuh rasa
syukur tanpa terjebak dalam kesombongan. Karena segala hal akan
dikembalikan kepada Yang Maha Esa, segenap kehidupannya. Susah atau
senang dijalani dengan ringan dan lapang.
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan
terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
(TQS.57:22-23)
Manusia yang mengaku bertauhid seharusnya secara otomatis akan
ber-akhlak baik dan menebar manfaat kepada sesama. Sebab, akhlak menjadi
ukuran baik buruknya keimanan seseorang kepada Allah Yang Maha Esa
itu. Perhatikan sabda Rosululloh saw berikut :
“Orang Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbak
akhalaknya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap
istrinya” (HR. Tirmidzi)
“Barangsiapa yang memudahkan kesulitan saudaranya, niscaya Allah akan memudahkan jalannya ke syurga” (HR.Muslim)
“Yang terbaik diantaramua adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR.Thabrani)
Kepada diriku dan Sobatku semua. Mari kita buktikan janji ketauhidan
kita dengan memperbaiki akhlak kepada sesama, Allah dan beserta
Makhluknya.
http://www.mta-online.com/2009/08/15/dampak-ke-tauhidan-pada-perilaku-manusia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar