Selasa, 18 September 2012

Keimanan dan Syukur Yang Nyata


Kesyukuran dalam adat istiadat kehidupan masyarakat sehari-hari sering diwujudkan dan ditampilkan dengan cara mengundang makan-makan bersama. Bahkan acara itu ditata dengan suatu seremonial yang apik, sehingga jadilah sebuah adat. Setiap kali orang ingin bersyukur diwujudkan dengan upacara khusus dengan acara-acara yang tersusun rapi, namun inti didalamnya adalah makan-makan.

Allah SWT menyampaikan kepada umat manusia agar manusia itu bersyukur dan menempuh jalan bersyukur sebagaimana firmannya yang artinya:
Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. (QS. 39:66)

Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu. (QS. 39:7)

Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhan-mu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhan-mu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. (QS. 34:15) )

Bersyukur adalah menerima segala nikmat pemberian Allah digunakan untuk berjalan di jalan-jalan yang dicintai dan diridhio oleh Allah dan sekaligus menjauhi segala jalan-jalan kesesatan dan jalan-jalan yang dimurkai dan dilaknati oleh Allah.

Manusia yang bersyukur adalah manusia yang menerima seruan Allah dengan yaqin, ketika Allah menurunkan kebenaran Al-Qur’an maka itulah nikmat yang sangat besar dijaman ini, dan itulah sesuatu yang harus kita cintai dan kita tekuni untuk kemudian diamalkan, dan itulah jalan-jalan syukur yang nyata. Syukur tidak hanya diwujudkan dengan sekedar makan-makan, namun diwujudkan dengan kepatuhan dan ketundukan kepada Allah.

Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar). (QS. 16:9)

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (al-Qur’an) dan dia tidak mengadakan kebengkokan didalamnya; (QS. 18:1)

(Ialah) al-Qur’an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertaqwa. (QS. 39:28)

(yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. (QS. 14:3) )

Orang-orang yang bersyukur adalah orang yang mencintai, membenarkan dan meyakini firman-firman Allah, dan hidup berjalan di jalan-jalan yang telah Allah tuntunkan. Bagaimana Allah telah menjelas-jelaskan dengan sangat jelas dan gambling dalam beberapa firmanNya

Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (QS. 42:20)

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (QS. 11:15)
 

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS. 11:16)

Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (QS. 17:19)
 

Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. (QS. 17:20)
 

Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaanya. (QS. 17:21) )

Dari ayat-ayat tersebut sudah sangat jelas, bahwa seharusnya manusia menata kehidupan di dunia dengan tujuan yang kuat untuk mencapai kebahagiaan di akherat. Bila manusia menempuh jalan-jalan akherat maka kebahagiaan dunia akan mengikutinya. Bagaimana perbuatan bekerja keras, keikhlasan, kejujuran, kedermawanan, kesetiaan, dll, itu diarahkan untuk mendapatkan kebahagiaan yang kekal di akherat. Dan dengan itu pasti kebahagiaan di dunia Allah sertakan kepadanya.

Namun sebaliknya bila manusia di dunia ini hanya mengejar kesenangan dunia semata maka manusia akan melupakan kehidupan akherat. Dan kemudian menempuh jalan kesesatan dan kedurhakaan dengan gelap mata, banyak aturan-aturan Allah yang disepelekan dan dilanggar, sehingga hati manusia semakin rusak dan kehidupan manusia semakin carut marut.

Allah berkehendak kepada hamba-hambanya untuk menyusuri kehidupan dunia ini dengan tujuan akherat, senantiasa berbuat amal sholih dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk meninggalkan larangan-larangan Allah. Mengingat kehidupan akherat ketika hidup di dunia adalah sesuatu yang harus selalu dilakukan, sebelum manusia kembali kea lam akherat, apa yang akan kita temukan disana bergantung dengan amal-amal kita sewaktu hidup di dunia.

(Luqman berkata):”Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya) . Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. 31:16)
dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (QS. 26:87) (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, (QS. 26:88)
 

kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. 26:89)
Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun.Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (QS. 31:33)

Segala puji bagi Allah, semoga peringatan-peringatan Allah yang diberikan kepada kita, segera menyadarkan kita, bagaimana sebenarnya kita ini mengisi kehidupan dengan sesuatu yang bermanfaat dan dicintai oleh Allah. Wallahu’alam

http://www.mta-online.com/2009/10/09/keimanan-dan-syukur-yang-nyata/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar