Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah
untuk Rasulullah Muhammad SAW. Alhamdulillah senantiasa kita bisikkan
ke dalam hati kita, betapa Allah telah menunjuki kita dengan kesejukan
Islam, kebahagiaan dalam ilmu, iman, amal sholih serta taqwa.
Dari perjalanan sejarah kapanpun dan dimanapun, dan kita jumpai dalam
kisah-kisah besar, raja-raja dijaman dahulu, raja-raja yang bijak,
senantiasa tidak akan membiarkan anak-anaknya untuk terus menerus
tinggal dididik dalam istana yang penuh dengan kemegahan dan
kegemerlapan. Namun raja-raja yang bijaksana senantiasa mengirimkan
anak-anaknya kepada Guru-Guru yang dapat membawa anak-anaknya untuk
memiliki ilmu dan kebijaksanaan.
Dalam cerita hikayat akhirnya ada istilah satriyo turun gunung,
artinya bahwa anak seorang raja biasanya memiliki kecerdasan yang lebih,
namun dengan diserahkan kepada seorang Guru yang bijak, selain memiliki
kecerdasan yang lebih, disana tersimpan sesuatu yang lebih berharga
dari kecerdasan itu sendiri, yaitu kearifan dan kebijaksanaan. Kearifan
dan kebijaksanaan tidak akan bisa diajarkan dan didikkan dalam suasana
hiruk pikuk dan hingar bingar, namun membutuhkan suasana keheningan dan
khusu’, suasana yang religius, sikap merendahkan diri dan tunduk patuh
kepada Allah Tuhan semesta Alam.
Setiap manusia membutuhkan kelestarian kesejahteraan lahir dan batin
bagi dirinya masing-masing, namun dalam jaman yang serba gemerlap
seperti sekarng ini, kadang orang awam sulit menemukan bagaimana cara
membekali diri dan keluarganya untuk dapat selalu sejahtera lahir dan
batin. Allah SWT menyampaikan firmannya yang artinya.
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan. (QS. An-Nahl: 97)
………..Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. (QS. Ath-Thalaaq[65]: 2)
Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang
dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath-Thalaaq: 3)
……….Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS. Ath-Thalaaq: 4)
Ketaqwaan adalah sebuah jalan istimewa untuk membangun dan
melestarikan kesejahteraan dan kebahagiaan jiwa. Dengan taqwa manusia
akan memiliki jiwa optimis dan jalan-jalan kesuksesan yang teguh dan
stabil. Orang yang memiliki ketaqwaan akan banyak sekali mendapatkan
petunjuk-petunjuk Allah dalam menempuh hidupnya, sehingga hidupnya
selalu dalam bimbingan Allah.
Mengandalkan keberhasilan materiil semata, tanpa didasari jiwa taqwa
banyak memunculkan kesombongan disaat sukses datang kepadanya, atau pula
rasa kepustus asaan disaat dalam kegagalan dan dalam kesulitan yang
menghimpit. Sebagaimana firman Allah yang artinya
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada
Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami
hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang
sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk
(menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang
melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.
(QS. Yuunus: 12)
Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia
niscaya berpalinglah dia: dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan
apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. (QS.
Al-Israa’: 83)
Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon
(pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian
apabila Dia memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan
kemudharatan yang dia pernah berdo’a (kepada Allah) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.
Katakanlah:”Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka”.’ (QS. Az-Zumar: 8 )
Pribadi manusia yang tidak memiliki ilmu, iman dan taqwa, memiliki
kepribadian yang amat rapuh. Bila sukses datang mereka menjadi lupa
kepada Allah, namun bila penderitaan datang mereka menjadi sangat susah
dan putus asa. Manusia yang berkepribadian rapuh yang demikian itulah
yang hidup mereka di dunia hanya sekedar mencari kesenangan dan
mengumbar kesenangan tanpa tujuan yang jelas.
Bagaimana pula bila masing-masing pribadi tidak lagi mengatahui
kebutuhan haqiqi dari jiwa dan raganya. Bagaimana pula manusia hendak
menelantarkan nikmat jiwa yang bersifat lebih kekal. Dan bagaimana pula
akibat yang akan diderita oleh orang-orang yang enggan untuk menempuh
sunatullah yang telah Allah tetapkan itu, dapat dipastikan
manusia-manusia yang demikian akan merugi di dunia dan di akherat.
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah
dengan berada di tepi, maka jika memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam
keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke
belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah
kerugian yang nyata. (QS. Al-Hajj: 11)
Jalan-jalan ketaqwaan adalah jalan-jalan yang harus dilalui oleh
orang-orang yang ingin hidup senantiasa dalam kebahagiaan, ketenteraman
dan kesejahteraan. Manusia tidak boleh hanya berfokus memburu kenikmatan
jasmaniyah saja, namun kenikmatan batiniyah adalah kebutuhan yang lebih
mendasar. Jiwa manusia mempunyai sandaran yang amat kuat, yaitu Allah
SWT, Tuhan pencipta, pemelihara semesta Alam.
Marilah kita biasakan diri
kita dan keluarga kita dan siapapun yang mau kita ajak, untuk memulai
aktifitas hidup dengan selalu mendahulukan Allah dari pada mendahulukan
yang lain-lainnya. Sebelum berangkat ke pasar, sebelum berangkat
bekerja, sebelum berangkat ke sekolah, sebelum berolahraga, sebelum
pikiran dan hati sibuk dengan urusan dunia, sibukkanlah dahulu dengan
membaca Al-Qur’an dan As-Sunnah, agar semua itu dapat menjadi warna
kehidupan disaat-saat berikutnya.
Demikian pula awalilah malam hari dengan sibuk mengingat Allah,
sehingga semalamanpun akan diwarnai dengan aktifitas yang dicintai oleh
Allah. Kestabilan jiwa manusia, akan semakin terjaga bila semakin kuat
dalam berpegang kepada tali Allah, dan menyandarkan seluruh hidupnya
kepadaNya, Wallahu’alam.
http://www.mta-online.com/2009/10/23/kestabilan-jiwa-dan-kehidupan-dengan-taqwa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar